CERDAS MENGELOLA MASA DEPAN SEJAHTERA

Monday 19 October 2015

TESTIMONI: Asuransi Unit Link Vs Reksa Dana, Penyesalan Seorang Programmer 

 

Bareksa.com - Belakangan ini membeli asuransi yang menggabungkan skema proteksi dan investasi dengan konsep unit (unit link) semakin populer. Bagi sebagian orang, skema ini dinilai sangat menarik karena menawarkan proteksi asuransi dan investasi dalam satu produk. Pilihan investasi yang ditawarkan pun cukup beragam, mulai dari saham, obligasi, campuran dan pasar uang; dengan return di atas suku bunga tabungan dan deposito.
Namun, buat orang seperti Islahul Khozani membeli asuransi unit link ternyata menyisakan penyesalan. Kenapa?
Programmer senior yang lama berkecimpung di pasar modal dan kini mengepalai divisi IT di portal ini menuturkan sebabnya.
Zani -- demikian ia biasa disapa -- merupakan pemegang polis suatu produk asuransi unit link sejak awal 2003.
"Saya awalnya diajak teman saya untuk berinvestasi di unit link. Saat itu konsep unit link menarik dan alternatif saya yang lain hanya deposito bank," katanya.
Zani mengatakan ketika itu dia sudah menyadari bahwa sekadar menabung uang di bank hanya akan menggerus nilai uangnya dan juga mudah habis karena dana mudah untuk diambil kembali dan dibelanjakan.
Singkat cerita, karena ajakan temannya itu Zani lalu memutuskan membeli asuransi unit link. Salah satu pertimbangan dia: caranya relatif mudah. Pemegang polis bisa menambah dana setiap bulan melalui ATM dan tidak perlu mengirimkan bukti transfer ke perusahaan asuransi. Hasilnya pun -- semula -- dia nilai cukup bagus. Dalam jangka waktu 12 tahun, sekarang ini dana yang dia investasikan di unit link sebesar Rp500 ribu per bulan telah berkembang menjadi total Rp96 juta.
Lama berkecimpung di wilayah IT dunia keuangan, sudah sejak lama Zani mendengar bahwa return yang dihasilkan reksa dana sebetulnya bisa lebih besar dibandingkan asuransi unit linkDia pernah mencoba untuk berinvestasi reksa dana selama satu tahun. Hanya saja, caranya belakangan dia anggap merepotkan.
Awalnya, Zani hanya perlu mentransfer dana ke agen reksa dana setiap kali ingin menambah dana penyertaannya. Namun, setelah itu muncul peraturan baru yang mewajibkan nasabah mentransfer dana langsung ke rekening reksa dana di bank kustodian dan setelah itu harus mengirimkan bukti transfer dana. Saat itu, bukti transfer hanya dimungkinkan dikirim melalui faks, pos, atau datang sendiri ke perusahaan agen penjual. Dirasa amat menyulitkan, Zani lalu memutuskan untuk berhenti berinvestasi reksa dana.
Sekarang, sekian tahun kemudian, teknologi berkembang pesat. Reksa dana mulai dipasarkan melalui sistem online. Segalanya menjadi lebih mudah. Pengisian formulir, pengiriman dokumen, dan perintah transaksi semua bisa dilakukan melalui ujung jari nasabah secara digital, termasuk melalui perangkat mobile.
Zani pun kembali melirik reksa dana. Baru-baru ini dia mencoba memproyeksikan pertumbuhan dananya itu menggunakan  Simulator Reksa Dana Bareksa.com.
Dan dia pun terkaget-kaget melihat hasilnya.
Ternyata, dengan periode dan jumlah dana yang sama -- seperti yang selama ini telah dia tanamkan di asuransi unit link -- dana miliknya kini semestinya bertumbuh jauh lebih tinggi, lebih dari dua kali lipatnya!
Zani melakukan dua macam simulasi.
Yang pertama, di Simulator Reksa Dana Bareksa, dia menginvestasikan dana Rp500 ribu setiap bulan pada salah satu reksa dana yang memiliki kinerja cukup baik sejak awal 2004 (nama reksa dana tidak disebutkan untuk menghindari kesan mempromosikan). Hasilnya, bisa dilihat pada Grafik-1 di bawah. Total investasi dan return yang semestinya diperoleh Zani per 23 Januari 2015 adalah sebesar Rp206,76 juta, atau bertumbuh 213,28 persen! Padahal, total dana Zani sekarang di asuransi unit link hanyalah sekitar Rp96 juta.

Grafik-1: Simulasi Investasi Reksa Dana Rp500.000/Bulan

Sumber: Bareksa.com
Pada simulasi ke-2, Zani memecah dananya. Untuk premi asuransi dia alokasikan Rp100 ribu, sementara untuk berinvestasi di reksa dana sebesar Rp400 ribu per bulan. Menggunakan simulator yang sama dengan periode yang sama, maka total dana investasi dan return yang diperolehnya saat ini juga masih jauh lebih tinggi, yakni Rp165,4 juta, dibandingkan total dana investasinya di asuransi unit link yang Rp96 juta itu.

Grafik-2: Simulasi Investasi Reksa Dana Rp400.000/Bulan

Sumber: Bareksa.com
Zani mengungkapkan, berdasarkan pengalamannya ada sejumlah kekurangan pada skema asuransi unit link. Salah satunya, jika pemegang polis tidak melakukan penambahan premi dalam satu bulan, maka premi tersebut akan diambil dari dana investasi yang ada pada unit link tersebut. Selain itu pada tahun-tahun pertama, nilai investasi pada unit link masih sangat kecil atau bahkan nol. Ini karena sebagian besar dana digunakan untuk biaya akuisisi yang meliputi komisi agen dan asuransi.
"Jika kita menutup polis asuransi dana yang bisa ditarik hanya dana investasinya, sedangkan dana asuransi tidak bisa," Zani menambahkan.
Yang perlu digarisbawahi, asuransi unit link tentu berbeda dengan reksa dana.
Unit link merupakan gabungan antara produk asuransi dan investasi. Dana yang disetor nasabah akan dialokasikan untuk pembayaran premi dan sebagian diinvestasikan pada produk-produk investasi seperti saham dan obligasi. Bahkan, sejumlah perusahaan asuransi juga bekerja sama dengan manajer investasi untuk mengelola dana tersebut ke dalam satu portofolio khusus milik perusahaan asuransi tersebut.

Sedangkan, reksa dana adalah murni produk investasi yang langsung diterbitkan oleh perusahaan manajemen investasi. Dana yang diperoleh dari nasabah diinvestasikan dengan membeli saham, obligasi, dan lainnya.




Hanya Rp. 200.000 sudah bisa investasi di Reksadana SINARMAS 
dengan return 45 % nett ( periode Des 13 - Des 14 )

Cp: Budi Kurniawan Alie (081911419494/ pin 284b8b95
      www.sinarmas-am.co.id

CERDAS MENGELOLA MASA DEPAN SEJAHTERA

0 comments:

Post a Comment